Rabu, 22 Oktober 2008

Romantisme Kota Palu


Palu menggeliat. Istilah menggeliat saat ini cocok bagi kota Palu. Sebab selama ini kota Palu seolah terjaga dari tidur panjangnya. Palu kini mulai bangun dan menata diri untuk menjadi kota yang indah dan layak dihuni. Kenapa baru sekarang???

Entahlah… Yang pasti Palu bak gadis muda bergincu menarik siapapun yang pernah mengenalnya atau mengunjunginya. Hanya saja.., Palu tetap kota yang panas dan tetap saja sering gelap gulita walaupun telah ada PLTU toh kegelapan masih menyambangi kota ini.



Dampak dari pembangunan dan pulihnya keamanan telah mengubah Palu. Identitas Palu pun telah bergeser dari tugu ke jembatan yang megah dan indah.

Dulu, identitas Palu hanya tugu yang sering disebut Bundaran HI (Bundaran Hasanundin Indah). Tugu ini pula yang sering menjadi saksi bisu saat para aktivis menyuarakan kegelisahan rakyat Palu dalam menyikapi ketidakadilan pembangunan dan dampaknya. Menyikapi kebijakan pemerintah daerah dan pusat dalam mengelola negara. Kini identitas itu telah bergeser. Tugu itu tidak lagi menjadi daya tarik karena telah berubah rupa menjadi papan reklame. Maklum saja, sebuah kota perlu PAD dan salah satunya dari pemasang iklan yang beretebaran di poros-poros jalan utama kota. Tidak terkecuali kota Palu. Walau dengan menggadaikan romantisme masa lalu.



Kini Palu telah mempunyai identitas yang lebih menasional dibandingkan tugu yang berubah rupa. Jembatan berdiri kokoh menyatukan kota Palu yang terbelah sungai mengalir sepanjang tahun dengan airnya berwarna coklat susu membawa jutaan butir-butir lumpur dari ujung gunung akibta penggundulan hutan.



Identitas baru itulah yang saat ini banyak menghiasi header para blogger asal Palu. Dan saya pun demikian. Tidak latah tetapi karena jembatan tersebut seolah mempunya kekuatan magis untuk selalu dikunjungi dan dilewati.

6 komentar:

Unknown 9 November 2008 pukul 23.04  

Salam kenaL mas,,,
saya pernah ke kota Palu Lho mas,,,
waktu itu di SKB Kota Palu, yang deket Pantai Talise itu Mas,,,

emang panas Mas di kota paLu, PLus sering Mati Listrik,,,
yang patung Kuda dan jembatan itu yang deket pantai talise bukan Mas??
Waktu sempet saya posting juga Disini...

Anonim,  15 November 2008 pukul 20.05  

Iyaah... Mengapa baru sekarang kota Palu bangkiit... Hiks2.. Saya tinggal di Palu 4 tahun (1998-2002) gak pernah ada tempat yg bisa buat hangout kala itu... paling seputaran pertokoan hasanudin n makan di KFC saja... Mall waktu itu jg baru mulai dibangun. Jadi pengen maen lagi ke kota Palu...

Anonim,  18 November 2008 pukul 12.07  

15 Tahun lebih Aku menghuni kota Palu ini, awalnya merasa tersiksa dengan panasnya. sempat balik ke Tasik, eh kangen lagi sama Palu,, namun 2 tahun terakhir Palu sering gelap,,walau geliat pembenahan kota udah semakin baik, tapi sayang masterplan pembangunannya masih setengah matang dari konsepnya.. belum lagi rasa memiliki masyarakat Kota Palu terlalu tinggi. belum apa2, lambang kemegahan landmark kota Palu sudah hilang satu-persatu, ntah gimana jadinya setahun kedepan. klo saja kesadaran aset publik ini tak dirawat.. semoga ini bisa jadi pemerintah Kota Palu,,, Ayooo bangun terus kota ini...

Mast Pry 10 Oktober 2009 pukul 23.39  

4 tahun sudah aku tinggalkan Palu
walau hanya 6 bulan, kenangan indah Palu sangat terkesan, Talise...., Taman Ria...,Silay Beach..., Tjg Karang...., Ampana cotage..., Banggai, smua selalu ku ingat
Jl. Kijang kenangan paling berharga buat aku
Coto maksar, binte, ikan bakar, sarabak... wouw sungguh membuat aku selalu lapar..., aku rindu Palu

Mast Pry 10 Oktober 2009 pukul 23.40  

Tugu kuda itu mengingatkan aku 2 malam ceck in di PGH, Palu Indah, biarpun panas... aku suka,
mati lampu emang udah jadwalnya
aku ga heran... dah biasa
aku kangen palu...
sudah 4 tahun aku tinggalkan palu
aku kangen coto makasar dan ikan bakar

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger template Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP